BI Milik Siapa? Pemahaman tentang Pemilik Sebenarnya di Balik Alat Tukar Negara-Negara Dunia
- Pengaruh Ideologi dan Model Ekonomi Neoklasik
Elit-elit yang dididik melalui program pendidikan dan pelatihan ekonomi neoklasik dipandang sebagai alat neokolonialisme yang paling efektif. Model pembiayaan melalui defisit anggaran dan teknik perencanaan seperti Repelita, bersama dengan konsep pembangunan ala Rostowian (Teori Tinggal Landas), menjadi landasan ekonomi yang diadopsi oleh pemerintah. Namun, di balik model ini, terdapat praktek yang kurang transparan dalam pengelolaan utang luar negeri.
- Peningkatan Utang Luar Negeri dan Efeknya Terhadap Kedaulatan
Selama masa Orde Baru, utang luar negeri Indonesia tumbuh secara signifikan. Di akhir masa Soekarno, utang luar negeri hanya sekitar 6,3 miliar dolar AS, namun saat Orde Baru berakhir, angka tersebut melonjak menjadi 54 miliar dolar AS (Desember 1997). Fenomena ini menjadi semakin kompleks ketika lebih dari sepuluh tahun setelah Soeharto lengser, utang luar negeri mencapai lebih dari 150 miliar dolar AS. Dampak ekonomi dan politik dari utang yang semakin meningkat ini merugikan kedaulatan negara, karena ketergantungan pada lembaga-lembaga keuangan internasional.
- Ironi Penanganan Krisis Moneter dan Lingkaran Utang Baru
Krisis moneter yang melanda Indonesia menjadi momen penting yang mengungkapkan kerentanan ekonomi negara. Meskipun solusi klasik untuk menyelesaikan krisis moneter adalah "bail out," yang melibatkan pelunasan utang dengan bantuan pemerintah, yang terjadi justru sebaliknya. Pemerintah Indonesia harus mengambil utang baru dari lembaga-lembaga yang sebelumnya telah memberikan bantuan, menambah lingkaran utang dan ketergantungan yang lebih dalam.
Terjalinnya Jaringan Nekolonialisme
Pemberian bantuan dan pertumbuhan utang luar negeri di Indonesia selama era Orde Baru merupakan contoh konkret bagaimana neokolonialisme dapat terjadi dalam bentuk yang lebih halus dan kompleks. Orde Baru memanfaatkan model ekonomi dan pendidikan yang diimpor dari luar untuk mengendalikan pembangunan dan menghasilkan keuntungan bagi segelintir elit. Hal ini berdampak pada pengambilan kebijakan yang lebih mendukung kepentingan global daripada kesejahteraan nasional.
Analisis terhadap periode ini mengingatkan kita akan pentingnya kemandirian ekonomi dan pengambilan kebijakan yang transparan dalam upaya memajukan bangsa. Dengan memahami dampak sejarah ini, kita dapat belajar untuk menghindari jebakan neokolonialisme dalam upaya menjaga kedaulatan dan kesejahteraan bangsa di masa depan.
Dominasi Bankir atas Kebijakan Keuangan Indonesia
Sejarah mencatat perubahan yang signifikan dalam arah kebijakan keuangan Indonesia sejak era Reformasi dimulai pada tahun 1998. Sebagai contoh nyata dari peran ironi yang mendasar, kita dapat melihat transformasi Bank Indonesia (BI), yang dulunya adalah De Javasche Bank, dari sebuah lembaga yang seharusnya mendukung kesejahteraan rakyat menjadi institusi yang berdiri di luar pengaruh Republik Indonesia itu sendiri. Pemisahan Gubernur BI dari Kabinet RI dan ketiadaan akuntabilitasnya kepada rakyat mencerminkan pergeseran kuasa yang merugikan.
Lanjut …….