Gelar Habib Umar bin Hafidz, nama istri dan anak serta alamat tempat tinggal
Ulama yang Bijaksana
Habib Umar bin Hafidz merupakan pribadi yang tak hanya memiliki wawasan yang meluas, tetapi juga penuh dengan hikmah dalam pandangannya. Karakter ini tercermin dalam kata-kata Habib Hamid Al-Qodri seperti yang diabadikan dalam laman resmi Ulama NU Online. Sebagai seorang murid dari Habib Umar asal Indonesia, Habib Hamid Al-Qodri mengungkapkan bahwa kebijaksanaan Habib Umar tampak jelas dalam pendekatannya yang tidak menggeneralisasi kelompok hanya karena kesalahan satu individu.
Dalam pandangannya, setiap individu dalam suatu kelompok memiliki perilaku yang beragam. Oleh karena itu, ia menilai bahwa menyalahkan seluruh kelompok atas kesalahan individu atau beberapa orang di dalamnya adalah tindakan yang tidak adil. Menurutnya, pandangan semacam ini hanya akan menghambat terjalinnya hubungan harmonis antara berbagai kelompok.
Selain memperlihatkan kebijaksanaan dalam pendekatannya, Habib Umar bin Hafidz juga terkenal sebagai seorang yang sangat memperhatikan para muridnya. Salah satu contoh mengesankan terjadi di malam musim dingin di Pondok Darul Mustofa, Tarim, Hadramaut, Yaman. Di tengah suhu udara yang mencapai 4 derajat Celsius, beberapa murid asal Indonesia merasa kedinginan, bahkan empat di antaranya tidak memiliki cukup selimut.
Dalam situasi tersebut, Habib Umar bin Hafidz dengan tulus mendekati mereka membawa dua lembar selimut. Dengan rendah hati, beliau menanyakan apakah selimut tersebut sudah cukup. Meskipun para murid mengakui bahwa masih kurang, Habib Umar tidak berhenti di situ. Beberapa saat kemudian, beliau kembali dengan satu lembar selimut tambahan. Meskipun selimut itu tidak berbau sedap, para murid menerimanya dengan penuh rasa syukur.
Cerita yang mengharukan terungkap ketika salah seorang murid yang menerima selimut terakhir merasa kurang puas. Namun, temannya yang lebih senior memberikan pencerahan bahwa dua selimut pertama yang diberikan oleh Habib Umar bin Hafidz adalah milik beliau dan istrinya sendiri. Adapun dua selimut terakhir berasal dari anak-anak kecil Habib Umar. Kisah ini menggambarkan tingginya perhatian yang diberikan oleh Habib Umar kepada para murid yang datang dari jauh, bahkan sanggup tidur dalam kedinginan demi kenyamanan mereka.***
