header

Al-Aqsa: Makna Keagamaan dan Relevansi Politik di Tengah Konflik Israel-Palestina

Rabu 11-10-2023 / 13:04 WIB


Al-Aqsa: Makna Keagamaan dan Relevansi Politik di Tengah Konflik Israel-Palestina

Berdasarkan Undang-Undang Pelestarian Tempat Suci, pemerintah Israel memungkinkan masuknya kelompok agama berbeda seperti peziarah Kristen ke Al-Aqsa. Sebagian besar warga Israel menghormati kesucian tempat tersebut, khususnya sebagai situs paling suci dalam Yudaisme. Namun, hal ini juga memicu ketegangan, terutama dalam hubungannya dengan situs yang disebut sebagai Bait Suci di dalamnya, yang diyakini sebagai tempat bersemayamnya Tuhan di bumi.

Kompleks Tempat Suci: Dua Bangunan dengan Sejarah Berbeda


Al-Aqsa dan Kubah Batu sering disalahartikan sebagai satu kesatuan, meskipun keduanya merupakan dua bangunan yang berbeda dengan sejarah dan tujuan yang berbeda. Namun, istilah "Al-Aqsa" kadang digunakan untuk merujuk pada keseluruhan kompleks sebagai "Tempat Suci."

Kisah Islam dan Yerusalem

Dalam sejarah Islam, setelah Mekah dan Madinah, mayoritas umat Islam di seluruh dunia menganggap Yerusalem sebagai tempat tersuci ketiga di dunia. Dalam tradisi dan hadis Islam, diyakini bahwa ketika berada di Mekah, Muhammad awalnya mengarahkan doa umatnya ke Al-Aqsa. Pada tahun 622 M, umat Islam dipindahkan dari Mekah ke Madinah, dan kemudian diarahkan untuk kembali berdoa menghadap Mekah, seperti yang dinyatakan dalam Al-Quran (Surah 2, ayat 149-150).


×

Konflik di Al-Aqsa: "Lokasi Paling Sensitif" dalam Israel-Palestina

Al-Aqsa telah menjadi lokasi konflik dan ketegangan yang berlarut-larut dalam konflik Israel-Palestina. Sebagai contoh, pada Agustus 1969, seorang Kristen Australia bernama Dennis Michael Rohan mencoba membakar Al-Aqsa, merusak mimbar yang memiliki sejarah signifikan dan merupakan karya seni Islam yang berharga.

LANJUT …..

TAG: #palestina
Sumber:

BERITA TERKAIT