Tragedi Penembakan Berdarah di Georgia Amerika oleh Colt Gray, Terjadi Setelah Peringatan Ibu Tak Didengar!
Inilah yang terjadi ketika semua tanda sudah jelas, tetapi tindakan datang terlambat. Marcee Gray, ibu dari tersangka penembakan di sekolah Georgia, Colt Gray, mengklaim bahwa para guru sudah tahu putranya berbicara tentang kekerasan di sekolah, bahkan sebelum dia dengan panik menelepon administrator untuk memperingatkan mereka.
Pagi itu, Marcee menerima pesan teks yang mengerikan dari putranya yang berusia 14 tahun: "Maaf." Ini bukan kata biasa — ini adalah seruan putus asa, sebuah tanda bencana yang akan datang. Pukul 9:50 pagi, dia segera menelepon sekolah, mencoba mencari tahu kondisi Colt. Namun, panggilan ke konselor sekolah justru memperburuk ketakutannya.
"Konselor bilang, 'Saya ingin Anda tahu, tadi pagi salah satu guru Colt mengirim email. Mereka mengatakan Colt membahas penembakan di sekolah,'" ungkap Marcee dalam wawancara dengan ABC News, suaranya gemetar. "Dengan firasat saya, pesan teks itu, dan sekarang email ini, saya berteriak dalam hati: ‘Lari ke kelasnya!’"
Dalam keadaan panik, Marcee segera mengirim pesan kepada saudara perempuannya, Annie Brown, mengatakan bahwa ini adalah "darurat ekstrem" dan sekolah harus "bergerak cepat" untuk menemukan Colt. Namun, pihak sekolah tampaknya bertindak terlambat. Hanya 30 menit setelah ibunya mencoba membunyikan alarm, Colt melepaskan tembakan, meninggalkan jejak darah dan tragedi. Sekolah bereaksi terlambat; petugas sumber daya malah mengejar siswa lain dengan nama yang mirip, dan kesempatan untuk menyelamatkan nyawa pun hilang.
Dua guru dan dua siswa tak bersalah tewas, sembilan lainnya terluka, semuanya akibat kealpaan yang tragis. "Jika aku bisa menggantikan mereka, aku akan melakukannya, tanpa ragu," kata Marcee dengan suara penuh penyesalan. Namun, sayangnya, penyesalan tidak bisa membalikkan waktu.
Sebelum Colt mulai menebar teror, sudah ada desas-desus yang mengerikan di sekolah. Polisi bahkan mengungkapkan bahwa ada panggilan anonim ke sekolah pada pagi hari yang menyatakan bahwa Apalachee High akan menjadi target penembakan massal, bagian dari rangkaian serangan di lima sekolah.
Sekarang, Colt Gray menghadapi empat tuduhan pembunuhan berat, sementara ayahnya, Colin, didakwa dengan pembunuhan tak disengaja dan kekejaman terhadap anak-anak. Keduanya kini berada di balik jeruji besi, menunggu persidangan mereka pada 4 Desember.
Penembakan ini bukan hanya tragedi, tetapi bukti betapa mahalnya harga yang harus dibayar ketika peringatan diabaikan dan respons datang terlambat.