Kebohongan Trump Terkait Badai Helene Terbongkar: Mengungkap Jaringan Penipuan Sang Mantan Presiden
Mantan Presiden Donald Trump telah memicu badai kontroversi dengan serangkaian klaim palsu yang tak kenal lelah mengenai respons pemerintah federal terhadap Badai Helene. Menggunakan berbagai platform mulai dari media sosial hingga pidato publik, Trump melancarkan serangan tanpa bukti yang utamanya ditujukan kepada Wakil Presiden Kamala Harris dan Presiden Joe Biden.
Salah satu kebohongan awal Trump menuduh Presiden Biden mengabaikan panggilan dari gubernur Georgia selama krisis—klaim ini cepat ditolak oleh pejabat yang memastikan sebaliknya. Dalam narasi paralel, Trump menuduh adanya bias partai dalam upaya bantuan bencana di Carolina Utara, meskipun tidak memiliki bukti yang kredibel, yang memperburuk ketegangan di kalangan komunitas yang terkena dampak.
Namun, kebohongan paling berani dan persisten Trump berkisar pada Wakil Presiden Harris. Dia dengan tidak benarnya mengklaim bahwa Harris menggunakan dana FEMA yang seharusnya untuk bantuan bencana untuk menyediakan tempat tinggal bagi imigran ilegal—sebuah tuduhan yang tidak berdasar dan menambah kebingungan serta ketidakpercayaan di kalangan publik.
Dalam pernyataan lain yang menyesatkan, Trump mempermalukan bantuan federal yang tersedia untuk korban badai, mengklaim bahwa mereka hanya menerima $750 sebagai bantuan langsung sementara dana yang besar diduga dialihkan ke luar negeri. FEMA dengan cepat memperbaiki kesalahan informasi ini, menekankan bahwa bantuan awal hanya bagian dari paket yang lebih luas, termasuk sumber daya yang signifikan untuk perumahan dan rekonstruksi.
Selain itu, ketika operasi penyelamatan intensif di Carolina Utara, Trump dengan salah mengklaim kekurangan helikopter dan misi penyelamatan, yang bertentangan dengan laporan dan pembaruan yang menggambarkan operasi udara yang luas dan penempatan sumber daya di seluruh negara bagian.
Penyebaran terus-menerus kebohongan oleh Trump pasca Badai Helene tidak hanya menimbulkan kecaman luas tetapi juga menimbulkan kekhawatiran serius tentang integritas dan tanggung jawab kepemimpinan selama darurat nasional. Peristiwa ini menegaskan perlunya penyebaran informasi yang akurat dan potensi konsekuensi dari penyebaran informasi yang salah dalam waktu krisis.***