Nama Ahmad Ramadan, Direktur Utama PT Adera Ramanda Group, mendadak menjadi buah bibir. Tapi, bukan karena prestasi—melainkan skandal besar yang membuat publik geger! Ahmad diduga terlibat dalam penipuan dan penggelapan uang yang membuat ratusan petani lada dan kopi di Lampung Barat merugi hingga Rp10 miliar. Ya, uang sebesar itu, hasil dari kerja keras para petani yang berharap mendapat keuntungan, malah lenyap tanpa jejak!
Skandal ini pertama kali terbongkar lewat cuitan dari akun Twitter @bacottetangga_. Pada awal September 2024, akun ini membeberkan dengan gamblang bahwa Ahmad Ramadan telah menipu para petani di Jl Bedeng Sari I, Gunung Terang, Air Hitam. Peristiwa memalukan ini terjadi pada 5 September 2024, dan sejak itu, kemarahan meledak di dunia maya. Warganet terkejut dan marah, menuntut keadilan untuk para petani yang terjerumus dalam permainan kotor Ahmad.
Modus yang dimainkan Ahmad Ramadan? Tak main-main. Sebagai bos besar PT Adera Ramanda Group, Ahmad menawarkan “solusi” bagi petani yang ingin menjual hasil panen kopi dan lada mereka. Sebanyak 151.191 kilogram kopi dan lada ditampung di gudangnya. Nilai dari produk itu? Fantastis—Rp10.364.979.380! Ahmad dengan liciknya menjanjikan pembayaran dalam dua hari setelah produk diserahkan. Namun, seperti yang sering terjadi dalam kisah penipuan kelas kakap, janji tinggal janji!
Dua hari berlalu. Lalu seminggu. Hingga berminggu-minggu. Para petani masih menunggu uang yang dijanjikan Ahmad, tapi yang datang hanya kesunyian. Tidak ada uang, tidak ada kabar. Akhirnya, salah satu petani yang curiga memutuskan untuk mengecek langsung ke pihak pembeli. Bam! Ternyata, pihak pembeli sudah membayar lunas kepada Ahmad Ramadan. Tapi, uang itu ke mana? Bukannya membayar para petani, Ahmad justru menghilang tanpa jejak!
Telepon Ahmad Ramadan tidak bisa dihubungi, kantornya tutup, dan dia seolah lenyap ditelan bumi. Para petani, yang sudah kehabisan kesabaran, akhirnya kompak melaporkan Ahmad ke Polda Lampung. Mereka tak mau tinggal diam. Proses hukum kini tengah berjalan, dan penyelidikan atas skandal besar ini sedang dipercepat.
Kini, Ahmad Ramadan menjadi buronan bukan hanya secara hukum, tetapi juga moral. Para petani yang dirugikan bukan hanya kehilangan uang hasil panen mereka, tetapi juga rasa percaya. Skandal ini mengguncang Lampung Barat dan Indonesia, dan semua mata tertuju pada satu pertanyaan besar: Apakah Ahmad Ramadan akan berhasil melarikan diri dari jeratan hukum? Ataukah keadilan akan segera menghampirinya?
Para petani kini hanya bisa berharap—menunggu apakah mereka akan mendapatkan keadilan atau skandal ini akan menjadi babak kelam baru dalam sejarah penipuan besar di negeri ini.