header

Generasi Lemah? Gen Z Dibuang Perusahaan! 60% Fresh Graduate Dipecat Karena Malas, Tak Profesional, dan Komunikasi Kacau!

Selasa 22-10-2024 / 12:49 WIB


Generasi Lemah? Gen Z Dibuang Perusahaan! 60% Fresh Graduate Dipecat Karena Malas, Tak Profesional, dan Komunikasi Kacau!

BURUHTINTA.co.id - Laporan terbaru dari Intelligent, platform konsultasi pendidikan dan karier, mengungkap fakta mencengangkan yang menampar keras generasi muda. Bayangkan, enam dari sepuluh perusahaan yang disurvei memecat lulusan universitas baru yang mereka rekrut tahun ini. Alasan di balik keputusan tegas ini? Lulusan tersebut dinilai tidak siap menghadapi tantangan dunia kerja nyata—mereka dianggap lemah, tidak profesional, dan yang paling parah, keterampilan komunikasi mereka amburadul!

Kenapa bisa seperti itu? Berikut adalah alasan mengapa para fresh graduate ini dipaksa keluar lebih cepat daripada yang mereka kira:

  1. Malas dan Tak Ada Inisiatif – 50%
    Ini adalah masalah paling besar. Separuh perusahaan merasa karyawan Gen Z yang baru direkrut tidak punya motivasi atau inisiatif untuk bekerja lebih. Mereka datang, duduk, dan berharap semuanya akan datang sendiri. Produktivitas? Jauh dari kata optimal.
  2. Kurang Profesional – 46%
    Hampir setengah dari lulusan baru ini dinilai tidak tahu cara bersikap profesional. Mulai dari tata krama di tempat kerja, cara berkomunikasi dengan atasan, hingga cara berpakaian, semua dinilai kurang memadai. Mereka tampaknya menganggap dunia kerja sebagai perpanjangan dari dunia kuliah yang santai dan tanpa tekanan.
  3. Organisasi Diri yang Kacau Balau – 42%
    Banyak dari karyawan baru ini tampaknya kesulitan dalam mengatur waktu, prioritas, dan tugas-tugas mereka. Akibatnya, pekerjaan mereka sering tidak selesai tepat waktu atau berantakan. Perusahaan butuh orang yang bisa mengatur diri sendiri, bukan yang terus-menerus harus diawasi.
  4. Keterampilan Komunikasi yang Payah – 39%
    Sebagian besar lulusan baru ini kesulitan menyampaikan ide mereka dengan jelas dan tepat. Baik komunikasi lisan maupun tertulis, semuanya dianggap tidak memenuhi standar perusahaan. Mereka sering kali terlalu kaku, bingung, atau justru terlalu informal dalam berkomunikasi.
  5. Baperan dan Sulit Terima Kritik – 38%
    Sebanyak 38% dari mereka dianggap terlalu sensitif dan tidak bisa menerima masukan dengan baik. Mereka lebih memilih untuk defensif atau tersinggung daripada mendengarkan dan belajar dari kritik yang diberikan. Bekerja dalam tim? Jadi masalah besar kalau sikap seperti ini terus dipertahankan.
  6. Minim Pengalaman Kerja yang Relevan – 38%
    Banyak fresh graduate yang masuk ke dunia kerja dengan tangan kosong, tanpa pengalaman magang atau pekerjaan paruh waktu yang relevan. Mereka tidak siap dengan apa yang diharapkan dari mereka di lapangan.
  7. Solusi Masalah? Apa Itu? – 34%
    Hampir sepertiga dari lulusan baru ini tidak punya kemampuan pemecahan masalah yang baik. Saat menghadapi tantangan, mereka terjebak, bingung, dan tidak tahu harus berbuat apa. Inisiatif dan kreativitas tampaknya bukan kekuatan mereka.
  8. Keterampilan Teknis yang Tidak Memadai – 31%
    Meski hidup di era digital, keterampilan teknis yang diharapkan oleh perusahaan tidak terpenuhi oleh sepertiga karyawan baru ini. Teknologi yang sebenarnya bisa mempermudah pekerjaan justru menjadi hambatan bagi mereka.
  9. Tidak Cocok dengan Budaya Perusahaan – 31%
    Sebanyak 31% dari mereka tidak bisa beradaptasi dengan nilai dan budaya tempat mereka bekerja. Entah itu karena perbedaan cara pandang atau kurangnya fleksibilitas, mereka sulit berbaur dan menjadi bagian dari tim.
  10. Kesulitan Bekerja dalam Tim – 30%
    Kolaborasi menjadi tantangan besar bagi 30% dari para lulusan ini. Mereka lebih suka bekerja sendiri atau justru tidak tahu bagaimana caranya bekerja sama dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama.

Huy Nguyen, kepala penasihat pendidikan dan karier di Intelligent, mengatakan, "Banyak lulusan baru yang shock saat memasuki dunia kerja. Mereka terbiasa dengan sistem pendidikan yang terstruktur dan nyaman, dan tiba-tiba mereka dihadapkan pada lingkungan kerja yang dinamis, kurang terstruktur, dan penuh tuntutan mandiri. Ini realitas yang sering membuat mereka goyah."

Lebih buruk lagi, laporan ini juga mengungkap bahwa banyak pekerja Gen Z tidak mampu mengelola beban kerja mereka dengan baik, sering datang terlambat, dan bahkan penampilan serta sikap mereka dianggap tidak sesuai dengan standar profesional.

Seakan belum cukup, laporan lain dari bulan April mengungkap bahwa 70% pekerja Gen Z masih mengandalkan orang tua dalam proses pencarian kerja. Lebih mengejutkan lagi, 25% dari mereka bahkan membawa orang tua ke wawancara kerja! Tidak hanya itu, banyak juga yang meminta orang tua mereka mengirimkan lamaran kerja dan menulis resume.


×

Jadi, bagaimana caranya agar fresh graduate bisa bertahan di dunia kerja yang penuh tekanan ini? Perusahaan menekankan bahwa ada beberapa kualitas utama yang sangat mereka hargai: inisiatif, sikap positif, etos kerja yang kuat, dan kemampuan beradaptasi. Pengalaman magang dan keterampilan interpersonal juga merupakan aset besar. Jangan lupa, hadir tepat waktu dan konsisten adalah kunci!

Gen Z, ini saatnya bangkit, ambil kendali, dan tunjukkan bahwa kalian siap menghadapi dunia kerja yang sebenarnya.***

TAG: #gen z
Sumber:

BERITA TERKAIT