header

Fresh Graduate Gen Z Terancam Dipecat Massal: Malas, Gagal Berkomunikasi, dan Anti Lembur! Apa Solusinya?

Selasa 22-10-2024 / 12:58 WIB


Fresh Graduate Gen Z Terancam Dipecat Massal: Malas, Gagal Berkomunikasi, dan Anti Lembur! Apa Solusinya?

BURUHTINTA.co.id - Pemecatan karyawan Gen Z menjadi topik panas di dunia kerja, dengan laporan terbaru mengungkap bahwa 60% perusahaan memutuskan hubungan kerja dengan fresh graduate yang baru mereka rekrut tahun ini. Padahal, Gen Z dikenal kreatif dan mahir teknologi. Jadi, mengapa mereka tidak bisa bertahan di dunia kerja yang keras?

Ternyata, masalahnya lebih rumit daripada sekadar kesenjangan antar generasi. Perusahaan melihat tren perilaku yang mengarah pada stereotip negatif: malas, tidak profesional, dan gagal berkomunikasi dengan baik. Namun, apakah benar Gen Z sepenuhnya bersalah?

  1. Motivasi? Kemana Hilangnya? Salah satu tuduhan terbesar yang diarahkan kepada Gen Z adalah kurangnya motivasi dalam bekerja. Banyak perusahaan merasa bahwa karyawan muda ini tidak memiliki semangat atau dedikasi yang sama seperti generasi sebelumnya. Gen Z lebih sering terlihat 'terseret arus' daripada mengambil inisiatif. Namun, pandangan ini ternyata terbentuk dari pengalaman hidup Gen Z sendiri.

Generasi ini tumbuh di masa ketidakpastian besar, seperti krisis keuangan global 2008 dan pandemi COVID-19. Krisis-krisis ini telah merusak kepercayaan mereka terhadap stabilitas karier jangka panjang. Bagi mereka, pekerjaan tidak lagi dianggap sebagai sumber keamanan finansial atau tempat untuk berkembang seumur hidup. Akibatnya, mereka lebih memilih jalur karier yang fleksibel dan memberi jaminan dalam jangka pendek. Sayangnya, perusahaan sering menginterpretasikan sikap ini sebagai tanda ketidakpedulian atau kemalasan.

  1. Komunikasi Amburadul Keterampilan komunikasi tatap muka menjadi salah satu kelemahan besar generasi ini. Gen Z terbiasa berkomunikasi secara digital—mengirim pesan singkat, email, atau menggunakan aplikasi obrolan. Mereka jarang berinteraksi secara langsung, apalagi dalam konteks formal yang dibutuhkan di dunia kerja.

Perusahaan yang masih mengedepankan komunikasi langsung merasa kesulitan dengan pola komunikasi ini. Gen Z cenderung menggunakan bahasa informal, atau bahkan membatasi diri dalam berinteraksi. Ketika perusahaan membutuhkan penjelasan yang jelas dan mendetail, mereka malah memberikan respons singkat atau tidak cukup formal. Ini sering memicu salah paham dan mengganggu dinamika kerja.

  1. Tolak Budaya “Kerja Sampai Mati” Mentalitas “workaholic” yang mengutamakan kerja keras sepanjang waktu bukanlah filosofi yang diterima oleh Gen Z. Mereka menolak budaya kerja berlebihan yang menuntut ketersediaan tanpa batas. Sebaliknya, keseimbangan hidup dan pekerjaan adalah prioritas utama mereka.

Menurut survei Deloitte, sekitar 50% karyawan Gen Z lebih memilih perusahaan yang menyediakan fleksibilitas waktu kerja dan mendukung kesehatan mental. Bagi mereka, menjaga kesehatan pribadi lebih penting daripada menambah jam kerja. Di mata perusahaan tradisional, hal ini tampak sebagai kurangnya komitmen dan ketidakpedulian terhadap target kerja.


×

Solusi: Bagaimana Gen Z Bisa Bertahan?

Untuk menghindari gelombang pemecatan massal ini, ada beberapa langkah yang bisa diambil oleh Gen Z agar lebih sukses dalam dunia kerja:

  • Temukan Makna Lebih dari Sekadar Gaji: Gen Z perlu memandang pekerjaan sebagai sesuatu yang memiliki nilai atau dampak sosial. Bekerja di industri yang selaras dengan prinsip dan nilai mereka dapat menjadi sumber motivasi yang lebih kuat.
  • Latih Keterampilan Komunikasi Langsung: Dalam lingkungan kerja, komunikasi tatap muka sering kali menjadi kunci keberhasilan. Gen Z harus belajar untuk berkomunikasi secara lebih formal dan mendetail, serta mengikuti pelatihan soft skills agar lebih mudah beradaptasi di lingkungan kerja yang mengutamakan komunikasi langsung.
  • Cari Perusahaan yang Peduli dengan Keseimbangan Hidup: Tidak semua perusahaan menerapkan budaya kerja yang menuntut waktu dan energi tanpa batas. Gen Z perlu mencari perusahaan yang memahami pentingnya keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan, serta mendukung kesehatan mental.

Kesimpulan: Gen Z dan dunia kerja modern perlu menemukan cara untuk beradaptasi satu sama lain. Perusahaan yang berhasil memahami dan memanfaatkan potensi Gen Z akan meraih keuntungan besar dari kreativitas dan inovasi mereka. Di sisi lain, Gen Z juga perlu meningkatkan keterampilan profesional mereka agar lebih sesuai dengan ekspektasi perusahaan. Jika kedua belah pihak tidak bisa menemukan jalan tengah, pemecatan generasi ini akan terus terjadi tanpa ampun!

TAG: #gen z
Sumber:

BERITA TERKAIT