Penyanderaan Anak di Pejaten Pasar Minggu depan Pos Polisi Mall The Park, Pelaku diduga Ayah Korban
Jakarta digemparkan oleh peristiwa mencekam hari ini, Senin, 28 Oktober 2024. Seorang anak perempuan menjadi korban penyanderaan di pos polisi depan Mall The Park Pejaten, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Dalam aksi berani, polisi akhirnya berhasil menangkap pelaku dan menyelamatkan korban. Tapi apa sebenarnya motif pria yang diperkirakan berusia 40-an itu? Masih jadi misteri!
Apriyanto, petugas keamanan mall, mengungkapkan kejadian menegangkan ini terjadi sekitar pukul 09.45 WIB. "Anak itu baru lima tahunan, sementara pelaku sekitar 43 tahun," ujarnya. Menurutnya, pelaku awalnya mencoba memasuki area mall sambil membawa pisau di tangan—sebuah pemandangan yang langsung memicu kecurigaan.
Ditahan oleh petugas keamanan, pria bersenjata itu malah mendekat ke pos polisi. Penonton yang menyaksikan adegan ini semakin ramai, dan pelaku yang mulai panik langsung menyeret korban ke dalam pos, pisau di tangan mengancam leher anak malang itu.
Bahkan, si pelaku sempat meminta mobil untuk kabur! Demi keselamatan korban, polisi memenuhi permintaannya—namun, tanpa disadari, pelaku masuk ke perangkap. Di dalam mobil itu sudah menunggu seorang anggota TNI yang siap menyergap. Dramatis! Sang pelaku akhirnya dibekuk, dan korban kecil itu berhasil diselamatkan tanpa cedera serius, hanya sedikit goresan di dekat matanya.
Tak hanya jadi tontonan nyata, aksi ini juga beredar di media sosial X melalui akun @Milusaid. Video mengerikan menunjukkan pelaku menodongkan pisau ke leher anak yang mengenakan pakaian merah muda, terlihat ketakutan dan menangis. Para warga sekitar terdengar syok, dengan salah satu saksi berteriak, "Ya ampun, pisau itu di lehernya!"
Meski korban kini aman, pihak kepolisian masih menyelidiki latar belakang dan identitas pelaku. Kepala Polsek Pasar Minggu, Komisaris Anggiat Sinambela, menyatakan bahwa penyanderaan ini berlangsung selama 15 menit yang mendebarkan. Dugaan sementara, pelaku mungkin adalah ayah korban. Ironisnya, ancaman kekerasan terhadap anak justru kerap datang dari orang terdekat—orang tua, kerabat, atau bahkan pengasuh yang seharusnya melindungi mereka.