Psikolog Forensik Ungkap Kebodohan di Balik Brutalitas: Tindakan Fauzan Fahmi Sebagai Langkah Putus Asa Menutupi Jejak Kejahatan
Psikolog forensik, Reza Indragiri, dengan tegas mengungkapkan bahwa tindakan brutal yang dilakukan oleh Fauzan Fahmi (43) terhadap wanita malang bernama SH (40) yang jasadnya ditemukan tanpa kepala di Danau Muara Baru, Jakarta Utara, adalah langkah putus asa untuk menutupi jejak kejahatan. Dalam kegilaannya, Fauzan tampaknya yakin bahwa dengan memisahkan kepala korban dari tubuhnya, ia bisa menghindari hukuman. Namun, di balik kekejaman ini, terdapat rencana jahat yang mencerminkan kebodohan mendalam tentang cara kerja aparat penegak hukum.
“Aksi mutilasi ini memang menciptakan gambaran horor yang sulit dilupakan. Semua orang pasti membayangkan dinginnya darah yang mengalir,” ujar Reza. “Namun, perlu dicatat bahwa mutilasi bukanlah puncak kebiadaban ini; itu hanyalah langkah kedua dalam misi besar—menghapus identitas korban agar tak seorang pun dapat mengenalinya!”
Reza menambahkan bahwa pengetahuan Fauzan tentang proses penyelidikan polisi ternyata sangat minim. Ia berasumsi bahwa tanpa kepala, pihak kepolisian akan kesulitan mengidentifikasi korban. “Ini adalah kesalahan besar! Identitas bisa dikenali dari banyak aspek lain, bukan hanya wajah,” tegasnya.
Dalam konteks penyidikan, Reza menekankan pentingnya fokus polisi pada dua aspek utama: penyebab kematian dan langkah-langkah selanjutnya. “Sebelum menarik kesimpulan, polisi perlu memastikan penyebab kematian korban. Apakah itu pembunuhan? Penganiayaan yang berujung fatal? Atau mungkin kelalaian? Di situlah terletak inti dari niat jahat pelaku!” jelas Reza.
Meski mutilasi menciptakan citra kebiadaban, tidak semua kematian secara langsung berkaitan dengan tindakan kejam tersebut. “Sering kali, mutilasi mencerminkan kemarahan, tetapi jika pelaku melakukannya sebagai upaya untuk menghapus jejak, maka itu bisa dilihat sebagai tanda ketenangan—sebuah pembunuhan yang direncanakan dengan dingin!” ungkapnya.
Lebih lanjut, terungkap bahwa Fauzan dan SH memiliki hubungan sebagai teman dekat. Namun, hubungan mereka menyimpan misteri yang belum terpecahkan. “Pihak kepolisian kini sedang mendalami lebih dalam untuk mencari tahu motif di balik pembunuhan ini,” ungkap Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Ade Ary Syam Indradi.
Sementara itu, jasad SH ditemukan terbungkus karung, selimut, dan kardus, terpisah sejauh 600 meter dari tempat di mana kepalanya ditemukan. Kengerian ini tidak hanya mengingatkan kita pada kebejatan manusia, tetapi juga menimbulkan pertanyaan mendalam tentang apa yang mendorong seseorang melakukan tindakan keji semacam ini. Penyelidikan masih berlanjut, dan kita semua menunggu jawaban atas kejahatan yang mengerikan ini!