40 Dawuh atau Pesan Gus Miek: Kebangkitan Spiritual yang Tak Terbendung
Dhawuh 13
Dalam sema’an ada seorang pembaca Al-Qur’an, Huffazhul Qur’an dan Sami’in. Seperti ditegaskan oleh sebuah hadits: Baik pembaca maupun pendengar setia Al-Qur’an pahalanya sama. Malah di dalam ulasan tokoh lain dikatakan: pendengar itu pahalanya lebih besar daripada pembacanya. Sebab pendengar lebih main hati, pikiran, dan telinganya. Pendengar dituntut untuk lebih menata hati dan pikirannya dan lebih memfokuskan pendekatan diri kepada Allah.
Dhawuh 14
Satu-satunya tempat yang baik untuk mengutarakan sesuatu kepada Allah adalah majelis sema’an Al-Qur’an. Hal ini tertera di dalam (kalau tidak salah) tiga hadits. Antara lain Man arada an yatakallam ma’a Allah falyaqra’ Al-Qur’an (siapa ingin berkomunikasi dengan Allah, hendaknya ia membaca Al-Qur’an).
Dhawuh 15
Seorang yang ikut sema’an berturut-turut 20 kali saya jamin apa pun masalah yang sedang dihadapinya pasti akan beres/tuntas.
Dhawuh 16
Ada seorang datang kepada saya: "Gus, problem saya bertumpuk-tumpuk, saya sudah mengikuti sema’an 19 kali, tinggal 1 kali lagi, kira-kira masalah saya nanti tuntas atau tidak?" saya jawab: "Yang sial itu saya, kok bertemu dengan orang yang mempunyai masalah seperti itu."
Dhawuh 17
Saya sendiri sebagai pencetus sema’an Al-Qur’an ternyata kurang konsekuen, sementara Sami’in datang dari jauh, bahkan hadir sejak subuh, mulai surat Al-Fatihah dibaca sampai berakhir setelah doa Khotmil Qur’an malam berikutnya baru mereka pulang. Sedang saya ini, baru datang kalau sema’an Al-Qur’an akan diakhiri. Itu pun tidak pasti. Terkadang saya berpikir, saya ini seorang yang dipaksakan untuk siap dipanggil Kiai.
Dhawuh 18
Berapa yang hadir setiap sema’an? Jangan lebih lima persen. Nanti bila Sami’innya terlalu banyak, saya hanya menangis dan membaca Al-Fatihah, lalu pulang. Saya sadar, saya tidak mampu berbuat apa-apa. Jangankan untuk orang banyak, untuk satu orang saja saya tidak bisa.
LANJUT …….