Potret Miris! Rumah 2x3 Meter Milik Nenek Hasna yang Ditinggali 13 Jiwa, Bikin Publik Tercengang di Media Sosial
Di tengah kerlip megahnya kota yang dibanggakan sebagai pusat modernitas, terpampang sebuah potret getir yang memecah ilusi kemewahan tersebut. Rumah Nenek Hasna, berukuran hanya 2 x 3 meter, mendadak viral dan menggegerkan media sosial. Dalam ruang sempit ini, 13 jiwa terpaksa berbagi tempat tinggal yang jauh dari layak. Ini bukan sekadar kisah keluarga yang terpinggirkan, melainkan sebuah ironi nyata dari kota yang digadang-gadang sebagai megapolitan.
Hasna, seorang nenek 62 tahun, menjadi simbol penderitaan yang sulit dibayangkan. Di ruang sempit yang nyaris tak pantas disebut rumah, ia tidur bersama dua anak, satu menantu, delapan cucu, dan satu cicit. Bagaimana bisa? Bagaimana bisa di tengah gedung pencakar langit dan jalan-jalan mewah, sebuah keluarga hidup dalam keadaan yang menyayat hati seperti ini?
Gang menuju rumah Hasna hanya selebar 40 cm, cukup bagi satu orang untuk lewat. Langit-langit gang yang tertutup atap rumah warga menambah suasana yang pengap dan gelap. Ini bukan sekadar keterbatasan fisik, tetapi keterbatasan nurani! Bagaimana bisa, dengan segala sumber daya, pemerintah membiarkan kenyataan ini berlangsung?
Dinding biru rumah Hasna sudah mengelupas dan berjamur, seperti simbol masa lalu yang tak pernah terangkat. Di dalam, sebuah kamar mandi semi-terbuka tanpa WC langsung menghadap ruang keluarga yang padat. Ini bukan hanya soal minimnya fasilitas, tetapi soal kurangnya empati!
Meski demikian, kisah Hasna tidak berakhir di sini. Karena kondisi rumahnya yang viral, berbagai pihak mulai datang menawarkan bantuan. Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman berjanji membangun rumah yang lebih layak. Namun, apakah ini cukup? Apakah ini akan mengubah nasib keluarga-keluarga lain yang masih terjebak dalam keterbatasan serupa?
Setiap hari Hasna, yang bekerja sebagai pemulung, harus bangun pukul 3 pagi untuk mencari nafkah. Tidurnya tak pernah lelap, terpaksa berbagi waktu istirahat dengan cucu-cucunya. Ini bukan hanya tentang kemiskinan ekonomi, ini tentang kemiskinan hidup!
Kisah Hasna adalah pengingat pahit bahwa di balik gemerlapnya kota ini, masih banyak yang hidup dalam kondisi serba terbatas. Ini mengingatkan bahwa di balik gedung-gedung megah dan jalan-jalan lebar, masih banyak kekurangan yang harus ditangani.
Rumah Nenek Hasna bukan sekadar cerita, tapi sebuah seruan keras! Seruan tentang ketidakadilan, keterbatasan, dan keperluan perubahan mendasar di kota yang kita banggakan sebagai megapolitan.