Tragedi Keluarga Tewas Akibat Pinjol di Ciputat Timur: Cermin Buram yang Menampar Wajah Negara!
Peristiwa memilukan yang menimpa satu keluarga di Ciputat Timur, Tangerang Selatan, Banten, pada Minggu, 15 Desember 2024, telah mengejutkan publik dan memicu kemarahan besar di masyarakat. Komisi III DPR RI pun bergerak cepat untuk menyoroti insiden ini. Suami AF (31), istri YL (28), dan anak mereka AH (3) meregang nyawa setelah terjebak dalam pusaran keputusasaan akibat jeratan pinjaman online (pinjol).
Berdasarkan keterangan saksi, AF, sang kepala keluarga, tak mampu keluar dari belenggu utang pinjol yang semakin mencekik. Jeratan yang seolah tiada akhir ini merampas harapan dan masa depan keluarga tersebut. Lantas, siapa yang patut disalahkan jika bukan sistem yang memperdaya, memeras, dan akhirnya membunuh rakyat kecil?
Nasir Djamil, anggota Komisi III DPR dari Fraksi PKS, dengan tegas menyatakan bahwa pinjol dan judi online (judol) telah berkembang menjadi masalah besar yang bersifat sistematis, terstruktur, dan masif. Dua "gurita" ini melilit masyarakat dari kalangan bawah hingga menengah ke atas, merusak kehidupan, menghancurkan mental, dan memupus harapan mereka.
Menurut Nasir, jika benar pinjol menjadi penyebab tragedi ini, maka negara patut merasa malu. Ini bukan sekadar tragedi biasa, melainkan sebuah kegilaan yang mencerminkan kegagalan negara dalam melindungi warganya. Penegakan hukum terhadap pinjol ilegal, katanya, bukan lagi sekadar prioritas, melainkan kewajiban moral yang harus segera dilaksanakan.
Nasir juga menegaskan bahwa pinjol dan judol adalah dua sisi mata uang yang saling berkaitan. Keduanya harus diberantas hingga ke akar-akarnya sebelum merenggut lebih banyak korban. Negara tidak boleh tinggal diam ketika rakyatnya terus menjadi sasaran eksploitasi oleh kejahatan yang terorganisir.
Tragedi ini bukan sekadar tentang hilangnya satu keluarga, melainkan sebuah peringatan keras tentang sistem yang bobrok, negara yang abai, dan masyarakat yang dibiarkan tak berdaya menghadapi jeratan kejahatan yang tak terkendali. Sudah waktunya kita bertanya: sampai kapan tragedi seperti ini akan terus terulang? Sampai kapan kita membiarkan lebih banyak nyawa melayang sia-sia?