Reynhard Sinaga: Predator Seks Paling Keji Asal Indonesia yang Dibenci di Penjara Inggris
Reynhard Sinaga, predator seks yang tak lebih dari seekor binatang buas, akhirnya merasakan sendiri amarah dari korban-korbannya yang tak berdaya. Pria berusia 41 tahun asal Indonesia ini, yang pernah memperkosa 136 pria muda dengan kejam, kini menjadi sasaran amukan sesama narapidana di penjara Kategori A, HMP Wakefield. Media lokal Inggris melaporkan bahwa Sinaga diserang karena kejahatannya yang dianggap terlalu bejat hingga tak pantas disebut manusia.
Namun, meski hinaan dan kekerasan dari narapidana lainnya sempat memuncak, petugas penjara berhasil mengendalikan situasi sebelum Sinaga mengalami cedera serius. Betapa ironisnya kehidupan ini, bukan? Seorang predator yang telah merusak hidup ratusan korban kini hanya bisa menunggu waktu di balik jeruji besi, terancam oleh amarah mereka yang pernah ia hina.
Sinaga, yang saat ini menjalani hukuman seumur hidup dengan masa minimum 40 tahun, terbukti bersalah atas 159 pelanggaran seksual. Ia dinyatakan sebagai pelaku kejahatan seksual paling keji yang pernah menginjakkan kaki di Inggris. Dari 2015 hingga 2017, saat masih menjadi mahasiswa di Manchester, ia memperkosa 136 pria muda. Flatnya di Princess Street bukan lagi tempat tinggal, melainkan saksi bisu atas kejahatan mengerikan yang sulit dibayangkan.
Kisahnya terungkap akibat kebodohannya sendiri. Pada Juni 2017, korban terakhirnya berhasil melawan Sinaga saat sedang diperkosa. Korban itu akhirnya memanggil polisi, dan Reynhard Sinaga, yang sebelumnya dianggap sebagai mahasiswa biasa, pun terjerat hukum. Divonis penjara seumur hidup pada 2020, Sinaga kini harus menanggung konsekuensi dari perbuatannya yang tak terampuni.
Pria kelahiran 19 Februari 1983 ini pindah ke Inggris pada 2005 untuk mengejar gelar akademis. Namun, alih-alih fokus pada pendidikan, ia justru tenggelam dalam kejahatan yang tak terbayangkan. Modusnya adalah memburu pria-pria mabuk di luar klub malam dan pub, lalu membawa mereka ke flatnya untuk melancarkan aksi keji. Bahkan, ia merekam perbuatannya dan menyimpan barang-barang pribadi korban sebagai "trofi" yang mengerikan.
Sinaga tidak hanya memperkosa, tetapi juga memanipulasi korbannya dengan memberi mereka obat date rape, membuat mereka tidak sadar akan apa yang terjadi. Banyak korban yang baru menyadari telah diperkosa setelah polisi menghubungi mereka berdasarkan rekaman video yang ditemukan di ponsel Sinaga. Video-video tersebut mencakup ratusan jam kekerasan seksual yang menjijikkan, dengan total data mencapai 3 TB—setara dengan 750.000 foto atau 750 DVD.
Korban-korban Sinaga berasal dari berbagai latar belakang, mulai dari pelajar hingga mahasiswa, dengan usia rata-rata 21 tahun. Ia menargetkan mereka yang terpisah dari teman-temannya saat berpesta di klub malam Manchester. Dengan berpura-pura menjadi "Good Samaritan," ia menawarkan bantuan kepada pria-pria muda yang tampak kebingungan, lalu membawa mereka ke flatnya untuk melancarkan aksinya.
Setelah ditangkap, Sinaga dijuluki sebagai "predator seks paling produktif dalam sejarah hukum Inggris," bahkan mungkin di dunia. Ia dikatakan memiliki "sensasi seksual yang sulit dipercaya" dan "hampir pasti akan terus menambah daftar korbannya" jika tidak tertangkap.
Kini, di balik jeruji besi, Reynhard Sinaga harus menghadapi amarah sesama narapidana yang merasa terhina oleh kejahatannya. Seorang sumber mengatakan, "Sinaga sombong dan dibenci semua orang. Dia adalah target utama di penjara karena kejahatannya yang keji. Dia hampir saja mengalami cedera serius dan kini berada dalam bahaya."
Kisah Reynhard Sinaga adalah pelajaran bagi kita semua: kejahatan tak akan pernah luput dari hukuman, dan kekejaman akan selalu dibalas dengan konsekuensi yang setimpal. Meski ia kini berada di balik jeruji besi, amarah para korbannya dan semangat keadilan masih terus berkobar.