header

Anita Jacoba Gah Geram: Kepala Bank di Sumba Timur Diduga Manipulasi Penyaluran Beasiswa PIP yang Tidak Sesuai Nominal Seharusnya

Kamis 19-12-2024 / 09:37 WIB


 Anita Jacoba Gah Geram: Kepala Bank di Sumba Timur Diduga Manipulasi Penyaluran Beasiswa PIP yang Tidak Sesuai Nominal Seharusnya

Anita Jacoba Gah, seorang anggota DPR yang dikenal vokal, meluapkan kemarahannya terhadap kepala sebuah bank di Sumba Timur terkait penyaluran beasiswa Program Indonesia Pintar (PIP) yang tidak sesuai dengan nominal seharusnya. Apakah ini murni kesalahan sistem, atau ada pihak tertentu yang sengaja memanipulasi dana rakyat?

Anita tidak ragu menuding kepala bank tersebut atas penyaluran dana yang jauh dari kata "sesuai." Ia mempertanyakan kepada para karyawan bank, siapa yang memerintahkan pembayaran awal sebesar Rp400 ribu, sementara nominal yang seharusnya diterima lebih besar. Apakah ini hanya kesalahan teknis, atau ada agenda tersembunyi?


Menurut Anita, tidak mungkin seorang karyawan bertindak tanpa arahan dari atasan. Tuduhannya semakin tajam: mungkinkah ada manipulasi di balik layar? Siapa yang sebenarnya bertanggung jawab atas ketidaksesuaian ini?

Rp400 Ribu vs Nominal Seharusnya

Anita menyoroti slip pembayaran yang menunjukkan nominal Rp400 ribu, padahal jumlah yang seharusnya diterima jauh lebih besar. "Siapa yang berani mengambil hak anak-anak Indonesia?" tanyanya dengan nada geram. Ia mendesak agar penyaluran dana PIP ini diperiksa lebih dalam, untuk memastikan tidak ada pihak yang bermain-main dengan uang negara.


×

Tidak hanya di Sumba Timur, Anita juga membeberkan sejumlah kasus serupa di berbagai wilayah. Salah satu contohnya adalah di Kecamatan Semau Selatan, Kabupaten Kupang, di mana seorang kepala sekolah mencairkan dana PIP tanpa sepengetahuan orang tua siswa. Kasus ini diungkap oleh Rumah Aspirasi Anita, yang juga menemukan pola manipulasi serupa di wilayah lain di NTT.

Hambatan dari Bank Penyalur

Selain itu, Anita mengkritik bank penyalur yang sering mempersulit pencairan dana PIP. Ia menyoroti praktik seperti keharusan menyisakan saldo minimum Rp50.000 di rekening siswa atau prosedur pencairan yang berbelit-belit. Akibatnya, banyak dana PIP yang akhirnya harus dikembalikan ke kas negara karena tidak tersalurkan tepat waktu.

Mencegah Manipulasi di Masa Depan

Anita terus memperjuangkan transparansi dalam penyaluran dana PIP. Ia mendesak pihak berwenang untuk meningkatkan pengawasan agar tidak ada lagi penyimpangan. Menurutnya, dana PIP adalah hak anak-anak Indonesia yang harus diterima tanpa potongan atau manipulasi.

“Siapa yang berani mengambil hak mereka? Kami akan terus berjuang agar dana ini sampai ke tangan yang berhak tanpa ada celah bagi oknum untuk bermain,” tegas Anita.

TAG: #ntt
Sumber:

BERITA TERKAIT