BIODATA Fladiniyah Puluhulawa: Dokter Viral Diduga Aniaya Pegawai Burger di Medan—Ironi Pendidikan yang Tak Sejalan dengan Etika
Fladiniyah Puluhulawa (FP), seorang dokter koas yang kini menjadi sorotan publik akibat dugaan penganiayaan terhadap seorang karyawan burger di Kota Medan, memiliki latar belakang pendidikan yang terlihat membanggakan. Namun, ironi mencuat ketika prestasi akademisnya justru tidak tercermin dalam perilaku yang seharusnya menjunjung tinggi etika.
Berdasarkan data PDDikti, Fladiniyah menempuh pendidikan di Universitas Jenderal Achmad Yani. Ia mulai kuliah pada tahun 2014 di program studi S1 Pendidikan Dokter dan lulus pada 2021. Selanjutnya, ia melanjutkan pendidikan profesi dokter di Universitas Islam Sumatera Utara pada 2022. Saat ini, statusnya adalah mahasiswa yang sedang mengambil cuti kuliah.
Namun, apakah gelar dan pendidikan formal cukup untuk membentuk seorang dokter yang bertanggung jawab dan beretika? Kasus ini menunjukkan sebaliknya. Ironisnya, Fladiniyah, yang seharusnya menjadi penyelamat bagi masyarakat, justru menjadi pelaku kekerasan yang mengejutkan.
Dugaan Penganiayaan yang Viral
Kasus ini pertama kali diunggah oleh akun Twitter @Heraloebss, yang mengungkap dugaan penganiayaan Fladiniyah terhadap seorang pekerja di gerai burger dan pizza MC Harry di Jalan Perintis Kemerdekaan, Kota Medan. Rekaman CCTV yang beredar memperlihatkan Fladiniyah tiba-tiba menyerang korban tanpa alasan jelas. Bahkan, makanan sisa yang dibawanya dilemparkan ke arah karyawan tersebut. Akibatnya, korban mengalami luka di tangan dan kepala akibat cakaran.
Betapa memalukan! Seorang dokter, yang seharusnya memiliki etika dan kesabaran tinggi, malah menunjukkan perilaku yang jauh dari nilai-nilai kemanusiaan. Apakah pendidikan bertahun-tahun hanya menghasilkan sosok yang tega melukai orang lain dengan begitu brutal?
Riwayat Kasus Lain yang Mengundang Perhatian
Tidak hanya kasus di gerai burger, Fladiniyah juga pernah menjadi sorotan akibat insiden lain. Dalam sebuah video viral, ia terlihat terlibat cekcok dengan seorang ibu di area parkir RSUD Pirngadi Medan. Fladiniyah membuka paksa pintu mobil dan menarik ibu tersebut keluar sebelum adu mulut terjadi.
Insiden ini bermula ketika ibu tersebut membunyikan klakson mobilnya. Namun, respons kasar dan tidak proporsional dari Fladiniyah membuat situasi semakin panas. Suami korban mencoba melerai, tetapi Fladiniyah tetap bersikeras. Sikapnya memicu kecaman publik, terutama karena peran seorang dokter seharusnya mencerminkan ketenangan dan profesionalisme.
Ironi Gelar dan Ijazah
Dengan gelar S1 Pendidikan Dokter dari Universitas Jenderal Achmad Yani dan status koas di Universitas Islam Sumatera Utara, Fladiniyah seharusnya menjadi contoh profesionalisme dalam dunia medis. Namun, tindakannya justru menimbulkan pertanyaan besar tentang efektivitas pendidikan formal dalam membentuk karakter.
Apakah kurikulum pendidikan kedokteran di Indonesia hanya berfokus pada penguasaan ilmu medis tanpa memberikan perhatian serius pada pembentukan moral dan etika? Kasus Fladiniyah memperlihatkan bahwa gelar akademis saja tidak cukup untuk menjamin seseorang memiliki karakter yang baik.
Kesimpulan: Refleksi untuk Sistem Pendidikan
Kasus Fladiniyah Puluhulawa tidak hanya menjadi potret kegagalan pribadi, tetapi juga simbol kegagalan sistem pendidikan kita. Institusi pendidikan perlu lebih serius dalam menanamkan nilai-nilai etika dan moral kepada para peserta didik, khususnya di bidang yang berkaitan langsung dengan pelayanan masyarakat.
Apakah kita memerlukan reformasi kurikulum yang lebih menekankan pada pembentukan karakter? Ataukah kita perlu menyadari bahwa pendidikan formal hanyalah salah satu elemen dalam membentuk kepribadian seseorang? Kasus ini memberikan pelajaran penting bagi kita semua untuk lebih kritis dalam mengevaluasi sistem pendidikan dan peranannya dalam menciptakan manusia yang beradab.
Ceritanya, si dokter koas mau markirin mobil dan ibu ini klakson terus same dokter koas gemeteran atau Tremor. pic.twitter.com/8MT5ZsJXGX
— Asoka (@gwenxchana) April 11, 2023